Tindakan Muryani memutilasi suaminya Karyadi sebagai puncak kekesalan. Karyadi, dituding tidak pernah menafkahi Muryani, yang adalah istri kedua Karyadi (korban).
Selain tidak menafkahi, Karyadi juga selama ini dianggap hanya menumpang hidup. Sebab selama ini, Muryani harus bekerja sendiri untuk mencukupi hidup.
Sementara Karyadi selalu menghamburkan uangnya untuk bermain judi, istri dan pacarnya yang lain.
"Ini akumulasi kekesalan terhadap korban. Karena sebelumnya telah berjanji tidak akan berjudi dan nikah lagi," kata Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli Amar.
Menurut Boy, berdasarkan hasil penyidikan terhadap tersangka Muryani, Karyadi sering kepergok berpacaran dengan Yayan, wanita yang akan dijadikan istri kelimanya. "Ini semata karena cemburu," kata Boy.
Kejadian pembunuhan dan mutilasi itu berlangsung Selasa, 12 Oktober 2010, di kediaman suami istri ini di Kramatjati, Jakarta Timur. Muryani membunuh Karyadi dengan mengayun tabung gas ukuran tiga kilogram ke kepala Karyadi berkali-kali. Bahkan untuk memastikan kematian Karyadi, setelah korban ambruk tabung gas itu terus dibenturkan pada kepala, mulut dan juga dahi.
Sesudah Karyadi "selesai", Muryani menyeretnya ke kamar mandi. Tubuh sang suami dibiarkan membujur kaku di situ, lalu Muryani berangkat ke Pasar Kramatjati untuk berjualan.
Pada sore hari, begitu tutur Boy, setelah pulang berjualan dari Kramatjati, Muryani kemudian memotong tubuh suaminya hingga 14 bagian. Semua bagian disimpan dalam plastik berbeda, untuk kemudian dibuang di tempat yang berbeda-beda pula.
Potongan tubuh yang diecer ke mana-mana itulah yang dicari polisi selama ini. Boy menjelaskan bahwa hingga saat ini tinggal empat potongan tubuh yang belum ditemukan. Bagian itu adalah perut, kemaluan, lutut dan kaki kanan.
Dari Kejadian di atas menceritakan, seorang istri yang tega membunuh suaminya sendiri hanya karena kecemburuan serta sakit hati Muryani atas kelakuan suaminya Karyadi itu lantaran dia selalu menghamburkan uangnya untuk bermain judi, istri dan pacarnya yang lain. Tindakan Muryani tersebut tidak memiliki IQ, EQ dan SQ, karena tindakan Muryani tersebut tidak memiliki IQ yaitu "Intelligence Quotient", yang mana Muryani tidak dapat mengatur tingkat kecerdasan atau pemikiran suaminya, Dia juga tidak memiliki EQ yaitu "Emotional Quotient", karena Muryani tidak dapat menggontrol emosinya terhadap kelakuan suaminya tersebut yang suka menghambur-hamburkan uang tersebut sehingga muncul tindakan yang keji yaitu membunuh suaminya sendiri dengan cara memutilasi tubuh sang suami dengan menggunakan sebuah tabung gas. Dan juga tidak memiliki SQ yaitu "Spritual Quotiens", yaitu Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna yang positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya, sedangkan Muryani tidak memilikinya, karena Muryani tahu tindakan membunuh itu dilarang oleh agama dan termasuk perbuatan yang sangat Dosa, tetapi karena Muryani terlalu mengikuti emosinya itu, maka Muryani tetap melakukannya . Jadi IQ, EQ dan SQ haruslah “Balance” karena ketiganya itu sangat saling berkaitan satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar